Friday, November 29, 2013

Catatan Hochschulstrasse: Dunia tak sebatas ABC


Ngobrol dengan seorang senior sebangsa dan setanah air sabtu akhir pekan lalu *, saya mendapatkan sejumlah pelajaran, sesuatu yang harus dipertimbangkan. Masih tentang pernikahan, tentang hubungan lelaki dan perempuan. Kakak itu mengatakan memang jodoh Alloh itu datang dari tempat yang tidak terduga. Ketika seseorang sedang jatuh patah hati dan semangat hidup, bisa jadi seseorang didatangkan untuk kita, seseorang yang tepat, yang tidak disangka-sangka. Karenanya belajar terbuka dan menerima diri sendiri serta orang lain sangat berperan penting. Terkadang kasusnya bukan karena tidak ada orang atau belum ketemu jodoh seperti yang sering diungkapkan, melainkan cenderung masalah internal, karena kita tidak bisa menerima orang lain. Benar, rasanya terdengar klise: tentang masalah menerima orang lain. Tapi kalau kita mau lebih dalam mengkaji, maka hal itu benar adanya. Terkait dengan dia yang didatangkan Alloh sewaktu-waktu dengan kuasa-Nya, maka sewaktu-waktu pula kita dituntut untuk menerima. Akan sangat sulit untuk menerima ketika kita masih berputar-putar pada diri sendiri, berorientasi ke dalam, tanpa berusaha mencari makna dan pesan yang ada dibalik penawaran ataupun kedatangan seseorang itu.

Aku sudah mendapati dua orang teman seniorku yang mengalami hal hampir sama, menemukan jodoh ketika mereka berada dalam keadaan kecewa, sakit hati, sedih, lengkap dengan segala rasa yang menghiasinya. Kisah kakak yang satu, jodohnya adalah orang yang dia tidak terlalu ikhlaskan untuk turut campur dalam urusan cinta beliau hehehe. Jadi ceritanya si abang datang dengan sok perhatian bertanya ini itu yang tidak berkenan di hati kakak. Karena dianggap terlalu mencampuri urusan pribadinya lalu si kakak menukas dan menantang si abang dengan mengatakan: "Suka ya?  Kalau suka datang ke rumah " hahaha. Ternyata kejadian beneran, lebaran ybs datang dan beliau dilamar lalu mereka  segera menikah. Simpel.

Kisah yang kedua sedikit berbeda, meski esensinya sama. Suami mbak ini adalah seseorang yang berdiri di belakang dan selalu mendampingi proses tugas akhir beliau di masa kuliah S1 (si mas adalah kakak tingkat satu jurusan). Si mbak pada waktu itu berhubungan dengan orang lain (bukan pacaran). Namun hubungan itu tidak berhasil. Katanya: lelaki plin plan yang egois. Aku tidak  tahu maksudnya apa dan berkenaan dengan hal apa keegoisan dan keplin-planan tersebut.Yang pasti efeknya membuat lelah fisik dan jiwa. Pada saat itu lah mulai dibuka hubungan yang baru, yang lebih pasti, sesuai harapan si mbak dengan sang kakak tingkat. Si mbak bertanya dan sang kakak tingkat menjawab. Positif, secara cepat dan tidak berbelit-belit. Satu kata yang beliau berikan, kesungguhan. Mereka kemudian menikah dan sekarang punya putri satu.

Kesimpulannya  „dia“ orang yang terbaik itu memang kemudian tepat sekali dihadirkan Alloh untuk mereka berdua, tepat waktunya dan karakter yang dibutuhkannya. Juga melalui proses tak rumit, dan segalanya berjalan sampai sekarang dengan baik-baik saja, dan Insya Alloh untuk selamanya. Semoga.

Aku? Mungkin mulai sekarang aku harus belajar. Belajar berdamai dengan hati sendiri dan menjadi netral atau menetralisir diri dari keracunan-keracunan yang lalu.  Belajar ikhlas tanpa syarat, menerima apa adanya, tidak fokus pada diri sendiri. Tidak mencoba pula untuk melarikan diri. Anggap saja bahwa segala sakit yang kurasakan kemarin dan dahulu itu memang karena belum saatnya untuk menjadi "tidak sakit", bukan karena kesalahan, bukan karena kebodohan, dan atau karena kekuranganku. Tapi murni soal waktu dan pembelajaran. Bisa jadi sekarang adalah waktu terbaik. Setelah aku melepas keangkuhan dan membebaskan dari keasyikan dengan diri sendiri lalu bersegera untuk memperbaik 'kejadian kemarin'. Jodoh datang dari tempat tak disangka dan tak terduga. Alloh maha kuasa. Please deh, kan tidak harus A dan tidak pula C ataupun B. Dunia tak sebatas A, B, C. (Jadi bagaimana kalau ABC saja??).

Seseorang memberi nasehat yang masuk akal dan cukup bisa menyembuhkan sakit hati. Katanya: terima segala kekurangan pasanganmu, itu saja. Kalau pun ada kelebihannya maka itu adalah bonus bagimu (My bro: gunawan prasetya)

Singkatnya----->Kalau ybs tidak menerima kita berarti--------TINGGALKAN dan CARI yang mau menerima. Teruslah ikhtiar.  Sekali lagi, dunia tak sebatas ABC. 

* Dresden 2011